Kamis, Mei 2, 2024
BerandaHiburanSambut Hari Pahlawan, Disparbud Jabar Rilis Film Bojongkokosan

Sambut Hari Pahlawan, Disparbud Jabar Rilis Film Bojongkokosan

Destinasi Bandung- Dalam ranga menyambut hari pahlawan tanggal 10 November mendatang, Balai Pengelolaan Cagar Budaya, Nilai Budaya dan Sejarah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar luncurkan Film Dokumenter Palagan Bojongkokosan. Sebuah penghadangan dan pertempuran antara laskar dan pasukan Indonesia dengan tentara Sekutu di Kampung Bojongkokosan, Kabupatén Sukabumi.

Film dokumenter Palagan Bojongkokosan ini untuk pertama kali dirilis dan ditayangkan diauditorium Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Jawa Barat yang ditonton langsung Kepala Dinas dan Pariwisata Jabar, Drs. Nunung Sobari bersama seluruh karyawan dan Staff Disparbud Jabar, Senin (2/11/2015).

Film yang digarap Edo dan tim kreatifnya berdasarkan cerita dan pelaku Palagan Bojongkokosan, Letnan Kolonel Eddie Sukardi ini banyak mengandung nilai sejarah yang belum diketahui.

Dalam pertempuran tersebut Letkol Eddie Sukardi menerapkan strategi atau taktik Memukul dan Membunuh Ular Berbisa. Dimana penyerangan dilakukan secara bergiliran mulai dari ekor, tubuh, hingga kepala ular. Strategi tersebut cukup ampuh, rombongan tentara Sekutu berhasil dipotong potong jadi beberapa bagian dalam pertempuran tersebut.

Pada peristiwa pertempuran , 73 pejuang gugur dan nama para pejuang yang gugur, sebagian diabadikan dalam catatan di museum Bojongkokosan.

Usai pemutaran film, Edo sang kreatif mendapat sejumlah masukan dan kritikan dari para penonton yang kebanyakan karyawan Disparbud Jabar.

Seperti yang dilakukan Eddy Sunarto Kanan TU Balai Pengembangan Kemitraan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan dan Kebudayaan. Eddy menilai tim kreatif ceroboh dan kurang jeli dalam pengambilan data sumber Palagan Bojongkokosan. Selain itu, mereka menuliskan peristiwa Bojongkokosan.
“Padaha, kejadian tersebut adalah pertempuran atau Palagan. Tim kreatif pun tidak menyebutkan sumbernya dari mana. Itu sangat fatal sekali,” bebernya.

Sementara Nunung Sobari menyoroti masalah prolog yang terlalu panjang, serta ilustrasi musik.

“Untuk prolog sudah bagus, tapi dibelakang tak ak ada prolog disayangkan. Artistik audio minta ada nuansa sunda yang menggambarkan di daerah Jabar.”pungkasnya.

RELATED ARTICLES

Most Popular