Destinasi Bandung–Lotek menjadi salah satu ikon kuliner legendaris Bandung yang banyak penggemarnya. Salah satu penjaja lotek yang memiliki pelanggan berlimpah yaitu Lotek Alkateri yang buka sejak pukul 9 pagi di jalan ABC No.16, Bandung.
Ditengah hiruk-pikuk aktivitas masyarakat yang berjualan di sepanjang jalan tersebut, Lotek ini merupakan makanan sejenis pecel atau gado-gado. Terdiri dari beragam sayuran yang telah dikukus, lalu dicampurkan bumbu kacang yang diulek dadakan di atas cobek batu. Bagi orang Sunda, lotek merupakan makanan legendaris yang sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Kelezatan lotek Alkateri sudah dikenal sejak tahun 1980-an silam. Kini lotek tersebut diracik oleh Oom Komariah dan dibantu anaknya untuk melayani ratusan pelanggan setiap harinya. Lotek Alkateri ini memang lain dari pada yang lain. Bumbu kacang yang diracik Oom sangat kental karena tidak ditambahkan air saat menguleknya. Tak ayal, rasa bumbu kacangnya pun begitu kentara dan pas di lidah.
”Saat membuat bumbu, kacang tanah dan bumbu dapur lainnya dicampur kinca (gula merah yang sudah dicairkan), tidak ditambahkan lagi air. Makanya, loteknya tidak akan berair biarpun belinya dibungkus untuk dibawa ke rumah,” beber dia.
Oom membuat bumbu dengan rasa manis yang sedang dan tidak pedas. Cabai rawit atau kinca ditambahkan pada bumbu saat diaduk dengan sayuran jika pembeli menginginkan rasa pedas atau lebih manis.
Selain itu, sayuran untuk lotek juga tidak hanya terdiri dari kol, tauge, dan labu siam, tapi ditambahkan pare dan daun pepaya. Menurut Oom, pare dan daun pepaya sengaja ditambahkan ke dalam sayuran lotek agar rasanya beda. Ia sendiri yang mula-mula mencoba memasukkan pare dan daun pepaya tersebut, dan ternyata banyak pelanggan yang suka.
Di samping sayuran, seporsi Lotek Alkateri juga dilengkapi ketupat atau lontong, bahkan bisa juga nasi. Kerupuk ditumbuk kasar, lalu diaduk dengan sayuran, ketupat, dan bumbu kacang. Satu kerupuk lagi ditambahkan utuh di atas lotek. Untuk satu porsi lotek Alkateri lengkap dengan lontong hanya Rp 8.500.
Bersebelahan dengan lotek, terdapat pula gerobak es cendol. Warung lotek dan es cendol itu terlihat sangat sederhana, hanya berupa gerobak yang berdiri di atas trotoar. Tidak ada meja bagi pelanggan untuk menyantap lotek atau es cendol. Yang ada hanya kursi plastik yang jumlahnya juga terbatas. Tak pelak, jika warung penuh, pelanggan terpaksa makan di atas sepeda motor yang diparkir di dekat warung lotek dan cendol tersebut.
